Pangiwan atau sering disebut dengan “jalan kiri” diidentikan dengan hal-hal yang kiri atau kejahatan lawan dari kebaikan. Berbeda dengan “jalan kanan” yang diidentikan dengan kebaikan lawan dari kejahatan.
Yayasan Dharmasastra Manikgeni
Senin, 21 Agustus 2017
Rahasia Kekereb Bhuta Siu Antara Mistik, Gaib dan Sakti
Minggu, 20 Agustus 2017
Dharma Tula Bersama Pandita Mpu Acharya Nanda di Pura Amrta Jati
Agama Hindu sebagai agama paling awal di muka bumi ini yang hadir ribuan tahun sebelum masehi dan dianut sampai dengan sekarang mengalami pemaknaan oleh penganutnya sesuai perkembangan zaman. Mulai dari zaman primitive sampai dengan zaman post modern. Dalam zaman primitif masyarakat memiliki budaya primitif yang ditandai oleh kepercayaan animisme, dinamisme, toteisme, dan lain-lain. Setelah itu masyarakat memasuki zaman pertanian.
Niti Çastra Dapat Diterapkan Setiap Orang
Oleh I Gusti Ngurah Sudiana
Ilmu kepemimpinan identik dengan kata Nitisastra, kata Nitisastra berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata niti dan çastra. Niti berarti kemudi, pimpinan, politik dan sosial etika, pertimbangan, kebijakan. Sedangkan kata Sastra berarti perintah ajaran, nasihat, aturan, teori, tulisan ilmiah. Berdasarkan uraian etimologi, kata niti çastra berarti ajaran peminpin.
TARI SAKRAL YANG TIDAK (LAGI) SAKRAL
Oleh I Ketut Yasa
Selanjutnya......
Arjuna Yang Menjadi Kekasih Tuhan
Oleh Made Luh Sutarmi
Gemercik air di pematang sawah terdengar sebagai musik alam yang ritmis serta bersatu dengan bianglala sinar surya pagi di hamparan sawah yang tersisa berpadu dengan jiwa syukur yang kerap hadir tanpa diundang. “Ia spontan mengalir dan mengkristal, serta menyatu karena memiliki dirimu yang selalu hadir dalam dekapan kasih sayang, jiwamu yang indah, membuat hatiku damai, dan senyummu yang manis hadir memberikan rasa sejuk membatin penuh asrat merindu dalam hati ini. Selamat pagi sayang, semoga damai selalu, I love you so much,” demikian sebagaian kata kata-manis dalam hati menjadi obyek meditasi kerja bagi orang yang jatuh cinta. Cinta yang tertinggi adalah mencintai dan dicintai oleh Tuhan.
Rasesvara Saivaisme: Virasaiva
Oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda
Selanjutnya......
Minggu, 13 Agustus 2017
Nilai Religius Wilayah Hulu dalam Persefektif Hindu
Oleh I Nyoman Tika
Selanjutnya......
Memaknai Shiwa – Budha dalam Kekawin Sutasoma
Oleh I Made Dwija Nurjaya
Shiwa adalah prinsip kerja organ tubuh yang ada di kepala, berisi semua logika, rasio, cipta dan segala sesuatu yang masuk akal, dia rumit dan tegas, namun terstruktur dengan baik, berurutan sehingga mudah dimengerti walaupun memerlukan waktu yang cukup lama. Kepala atau sirah adalah tempat bersemayamnya pikiran dan menjadi alat bagi manusia untuk berpikir. Proses berpikir menjadi sangat penting dalam kehidupan pribadi maupun berbangsa dan bernegara. Masyarakat mesti dididik agar memiliki pikiran yang Tajam dan Jernih. Ini bertolak belakang dengan pikiran yang tumpul dan kotor, kacau; karatan dan tidak jelas.
Tajen: Antara Hukum dan Fakta di Masyarakat
I Made Sudana, SH
Dalam Rg Weda dan Manawadharma Sastra secara jelas diuraikan ketentuan-ketentuan yang mengatur larangan judi, tetapi melanggar hukum positif tidak diuraikan secara jelas bagaimana bunyi pasal 303 ayat (1) KUHP demikian pula pasal berapa dari Undang-undang No 7 tahun 1974 melarang judi dan bagaimana bunyinya dan hukum positif yang mana yang dilanggar. Kiranya perlu juga dijelaskan sebagaimana menjelaskan melanggar ajaran agama. Terutama bunyi pasal 303 KUHP, pasal-pasal yang mengatur larangan judi yang diuraikan dalam Undang-undang No.7 tahun 1974.
Ritual Keagamaan dalam Jaring Kapitalisme
Oleh I Nyoman Agus Sudipta, S.Pd., M.Si
Perkembangan zaman sekarang yang serba instan membawa pengaruh terhadap pola kehidupan manusia. Segala hal ingin diatur secara cepat, singkat, simple, sederhana, irit dengan dasar efektif dan efisien. Dalam segala bidang hal ini diatur sedemikian rupa, mengingat pemikiran manusia bahwa waktu adalah uang. Perubahan ini sangat berbeda sekali dengan kehidupan masyarakat zaman dulu yang masih terpola pada kehidupan budaya agraris yang bergerak pada sektor pertanian. Dengan berkembangnya industri modern, maka mata pencaharian manusia mulai berubah.