Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Kamis, 21 Desember 2017

Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2018

Selamat Hari Raya Natal bagi yang merayakannya. Selamat Tahun Baru 2018 untuk kita semua. Semoga kebersamaan tetap mewarnai kasih sayang dan kedamaian ini.
Mari masuki tahun 2018 sebagai tahun politik dan tahun kesejajaran antara agama dan penghayat kepercayaan. Semoga diskriminasi menyangkut keyakinan ini tak membuat masalah baru. Selamat membaca ulasannya yang padat di Majalah Raditya.


Selanjutnya......

Rabu, 20 Desember 2017

Kehidupan Sadhu di Rsikesh dan Haridwar

Laporan I Made Adi Surya Pradnya
Apa kabar umat Hindu se-dharma? Astungkara sehat, seger, rahayu. Edisi ini saya mau mengajak umat se-dharma melihat kehidupan para Sadhu di India. Sebelumnya sudah tahu gak, Sadhu itu siapa?

Selanjutnya......

Ny Rataya Suwisma dan Ny Wikanthi Yogie Kembali Pimpin WHDI

Wanita Hindu Dharma Indonesi (WHDI) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) IV di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat. Munas IV WHDI diselenggarakan selama tiga hari, yaitu17-19 November 2017 dan dihadiri 306 peserta dari unsur Pengurus WHDI Pusat, perwakilan WHDI Provinsi dan Kabupaten/Kota, perwakilan Kongres Wanita Indonesia (Kowani), para Peninjau, perwakilan lembaga-lembaga Hindu dan undangan lainnya.

Selanjutnya......

Pujawali Pura Agung Wanakertha Jagadnatha Sulawesi Tengah

Pura Agung Wanakertha Jagadnatha, Provinsi Sulawesi tengah adalah satu-satunya pura yang ada di Kota Palu. Mengingat kedudukannya sebagai Pura Jagadnatha, maka pura ini disungsung oleh Umat Hindu yang ada di Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah, namun penanggung jawab pengelolaannya atau pengempon berada di bawah krama Hindu Kota Palu.

Selanjutnya......

Siwaratri: Momentum Refleksi Diri dan Sosial

IGN Nitya Santhiarsa
“Beryadnya, berdharmadana dan bertapabrata jangan diabaikan namun harus dilaksanakan, sebab yadnya, dharmadana dan tapabrata adalah pensuci bagi orang yang bijaksana” (Bhagawadgita XVIII-5).

Selanjutnya......

Pura Sakenan dan Diskusi Generasi Mellineal

Oleh I Nyoman Tika
Sore itu hujan gerimis mengiringi perjalanan kami diselingi petir dan tebalnya mendung adalah saksi betapa hari itu  merupakan hari yang istimewa bagi saya, sebab hari itu memang telah ditargetkan untuk acara  tirta yatra ke pura Sakenan di Selatan Pulau bali, selanjutnya  studi banding. Acara ini merupakan program kerja Jurusan Kimia  Univesitas  Pendidikan Ganesha yang di dalamnya mencetak Guru Kimia  dengan program RKBI (Rintisan Kuliah Berbahasa Inggris).

Selanjutnya......

Rarung Dalam Lingkaran Teologis Mistis

Renungan oleh Luh Made Sutarmi
Sore itu,  udara pantai mendesir lambat menerpa jemari daun kelapa yang berderet  di sekitar pantai, bersatu dalam nuansa alam yang indah. Rarung kecil yang manis tumbuh menjadi  remaja cantik yang dewasa, Ibunya dihormati di desanya, karena sopan dan tulus melakukan segala bentuk kegiatan di desa.

Selanjutnya......

AMRETISTA – PENSUCIAN BADAN ASTRAL

Olah Jro Mangku Nyoman Sukadana
Amretista yang lebih dikenal dengan istilah melukat, mempunyai pengertian yang luas sehingga perlu diketahui, agar kita tidak salah mengartikan dan tepat dalam pelaksanaannya. Sebelum sampai kepada amretista itu sendiri, mari kita kenal dulu diri kita sendiri karena ketika melukat, maka badan inilah yang sejatinya kita bersihkan.

Selanjutnya......

Arja Ribu dan Topéng Pugra Sebagai Studi Kasus

Oleh I Ketut Yasa
Tulisan berikut ini, akan mengisahkan pengalaman penulis ketika menonton arja Ribu  dan topeng Pugra. Dalam arja ada salah seorang seniman (penarinya) yang dipanggil dengan sebutan Ribu. Dalam topeng ada salah seorang penarinya yang bernama Pugra, dan sekaligus nama krunya juga disebut dengan topéng Pugra. Kisah ini kebetulan terjadi secara bersamaan, yaitu pada dekade tahun 1970- an.

Selanjutnya......

Jumat, 10 November 2017

Budaya Risiko di Sekitar Gunung Agung

Opini oleh I Nyoman Tika
Di antara lambaian  pohon  terjurai  bulir padi di hamparan sawah  yang berundak, disaksikan  surya yang cerah  pagi hari serta daun menghijau pohon salak. Ditingkahi getaran-getaran gempa yang ritmis berkali kali dan mendayu menggoncang pertiwi sebagai pertanda bahwa gunung agung  akan bangun dari tidurnya yang sudah hampir  54 tahun silam pulas tanpa geliat yang berarti.

Selanjutnya......

Prof Made Titib Resmi Sandang Status Kependetaan

Pakar Weda, cendekiawan Hindu ternama di Indonesia, guru besar sekaligus mantan Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D, 65 tahun secara resmi menjadi sulinggih dan menyandang Abhiseka (gelar) Ida Pandita Mpu Acharya Jaya Daksa Wedananda.

Selanjutnya......

Devprayag: Titik Awal Sungai Gangga

Rasa haru dan syukur, saya panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat kuasaNya saya dapat melakukan dharma yatra ke tanah Bharata, India. Bahkan semua biaya akomodasi dan sebagainya telah ditanggung sepenuhnya. Beginilah ketika Tuhan mewujudkan impian kita, melalui tangan-tangan orang lain.

Selanjutnya......

Rahasia Energi Bulan Secara Spiritual

Purnama dan Tilem, selain dihitung berdasarkan siklus 15 hari, juga tandanya dapat dilihat di alam, yaitu bila Purnama ditandai bulan bersinar penuh (full moon), sedangkan tilem adalah puncak bulan mati. Lantas, mengapa Purnama-Tilem demikian penting dalam tradisi Hindu?

Selanjutnya......

Jumat, 20 Oktober 2017

Gunung Agung Tongkat Langit Penyangga Sorgawi

Berdasarkan hal tersebut di atas lalu  muncul kepercayaan, bahwasanya gunung adalah jalan menuju sorga, karena gunung adalah tiang langit penyangga alam sorgawi. Dengan ini pula banyak pura (tempat suci Hindu di Bali) dibangun di gunung, karena gunung dipercaya memiliki nilai sakral. Sebutlah Pura Besakih di lereng Gunung Agung, Pura Batukaru di lereng Gunung Batukaru, Pura Lempuyang Luhur di puncak Gunung Lempuyang dan sebagainya.

Selanjutnya......

Selasa, 10 Oktober 2017

Kemeriahan Pujawali di Pura Pemacekan, Karanganyar

Pura Pemacekan lebih lengkapnya bernama Petilasan Kyayi I Gusti Ageng Pemacekan dan Parhyangan Sapta Pandita ini, terletak di Dukuh Pasekan, Dusun Keprabon, Desa Karangpandan, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pura ini juga sering disebut dengan Pura Kepasekan, barang kali disebabkan oleh letaknya di Dukuh Kepasekan. Setahu penulis, setiap pujawali atau saat piodalan yang diselenggarakan pada Purnama Sasih Ketiga,  warga Pasek setiap Kabupaten seluruh Bali secara bergantian tangkil ke Pura ini.

Selanjutnya......

Dikurung Hujan Abu dan Disengat Hujan Api

Gunung Agung di Karangasem, Bali, pada Jumat, 22 September 2017 sudah berstatus awas,  radius 12 kilometer dari puncak gunung harus dikosongkan. Gunung berapi ini terus menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitasnya, sehingga sejumlah warga yang berada di radius 6 kilometer dari gunung dievakuasi ke berbagai lokasi untuk mengantisipasi kemungkinan Gunung Agung erupsi.

Selanjutnya......

Menyaksikan Roh Leluhur dan Wejangan Pendeta Gaib

Kekeramatan dan kesakralan Gunung Agung pernah dialami secara langsung oleh I Nengah Rates Adnyana atau lebih akrab disebut Mangku Aseman. Kejadian yang dia alami berlangsung sekitar tahun 1982 saat lelaki asal Subamia, Tabanan ini masih bekerja sebagai manager restoran sekaligus juga menjadi pemangku balian.

Selanjutnya......

Minggu, 24 September 2017

Aksara Dalam Kajang Sebagai Pengantar Sang Roh

 Praktik beritual di Bali tidak terlepas dari pengunaan simbol atau atribut yang dipandang sakral magis. Simbol dan atribut tersebut boleh dikatakan sebagai media untuk menghubungkan antara pemuja dengan yang dipuja. Jadi atribut upacara dalam bentuk apapun di Bali, terlebih atribut beritual dipandang sebagai sesuatu yang istimewa, dan memiliki kedekatan makna dengan teologis (perihal tentang Tuhan). Salah satu atribut yang menarik ditelisik adalah atribut dalam upacara ngaben, yakni Kajang.

Selanjutnya......

Rerajahan Penangkeb Rat Peranti Gaib Penunduk Suami

Penggunaan rerajahan (seni gambar) dalam masyarakat Bali, terutama dalam dunia keagamaan dan budaya sangatlah  sentral. Selain memiliki unsur seni, terdapat pula unsur mistik yang terkandung di dalamnya. Masyarakat Bali yang beragama Hindu menggunakannya dalam berbagai  ritual keagamaan, seperti rerajahan dalam fungsinya sebagai ulap-ulap, kajang, rurub caru atau pun aled caru dan lainnya.

Selanjutnya......

Sabtu, 23 September 2017

Ketum PHDI Pusat: Beryadnya Jangan dengan Berutang

Pada hari Minggu, tanggal 30 Juli 2017 lalu umat Hindu Desa Tlogotirto,  Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah berbondong-bondong menuju ke Pura Ananta Tirta Dharma untuk mengikuti kegiatan pembinaan umat yang dihadiri langsung dari Badan Pembinaan Umat (BPU) Semarang. Selain itu, dalam kesempatan tersebut hadir pula Pembimas Hindu Propinsi Jawa Tengah, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Propinsi Jawa tengah, Rektor IHDN Denpasar, dan Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya.

Selanjutnya......

Pentingnya Pendidikan Pranikah Hindu

 Dalam sebuah pernikahan kalian disatukan demi sebuah kebahagiaan dengan janji hati untuk saling membahagiakan. Bersamaku engkau akan hidup selamanya karena Tuhan pasti akan memberikan karunia sebagai pelindung dan saksi dalam pernikahan ini. Untuk itulah kalian dipersatukan dalam satu keluarga.
Rgveda X.85.36

Selanjutnya......

Sri Hanuman

Oleh Agung Raka
Sri Hanuman dikatakan sebagai inkarnasi Dewa Siwa. Dikisahkan bahwa Brihaspati, seorang guru para dewa memiliki seorang pelayan yang bernama Punjikasthala. Dia dikutuk sehingga memiliki tubuh seperti seekor monyet betina. Kutukan itu akan terhapus bila dia melahirkan inkarnasi Dewa Siwa. Kemudian ia terlahir sebagai Anjana dan menjalani kehidupan yang luhur dan suci.

Selanjutnya......

Warna Hitam tak Identik Dengan Duka

Oleh Ida Bagus Manuaba

Kegairahan umat Hindu untuk melakukan upacara yadnya baik di Bali maupun di luar Bali terutama di Jawa patut diacungkan jempol. Betapa tidak, pelaksanaan upacara baik mlaspas pura, odalan dan sebagainya berlangsung sangat antusias demikian juga dengan pelaksanaan tirta yatra. Ketika berlangsung acara mekiyis atau melasti atau melis di pura Kahyangan Jagad Tawang Alun, Pulau Merah, di desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, saudara-saudara kita umat Kristen dan umat Islam, juga umat Budha dibuat terkagum-kagum dengan kegairahan umat Hindu sewaktu melaksanakan upacara mekiyis.

Selanjutnya......

Krishna yang Menarik Hati

Oleh Ketut Winaka
Nama Krishna harus diketahui maknanya dengan tepat. “Krish” + “Na” = “Krishna.” Kata ini berarti bahwa Ia yang menanam dan mengolah (Krish) kedalaman hati. “Krish” + “Na” adalah turunan kata yang memberi arti kata Krishna sebagai seorang yang menarik hati “Karshathi-ithi-Krishnah.” Krishna bukan saja menarik hati orang dengan keelokan badaniahNya yang tak tertandingi, namun Dia juga menarik hati orang lewat musikNya yang indah dan merdu, tarianNya dan pula tutur-kataNya. Sri Krishna yang menawan-hati dapat merubah amarah para Gopi terhadap diriNya, menjadi canda yang penuh suka-cita.

Selanjutnya......

Senin, 21 Agustus 2017

Rahasia Kekereb Bhuta Siu Antara Mistik, Gaib dan Sakti

Pangiwan atau sering disebut dengan “jalan kiri” diidentikan dengan hal-hal yang kiri atau kejahatan lawan dari kebaikan. Berbeda dengan “jalan kanan” yang diidentikan dengan kebaikan lawan dari kejahatan. 

Selanjutnya......

Minggu, 20 Agustus 2017

Dharma Tula Bersama Pandita Mpu Acharya Nanda di Pura Amrta Jati

Agama Hindu sebagai agama paling awal di muka bumi ini yang hadir ribuan tahun sebelum masehi dan dianut sampai dengan sekarang mengalami pemaknaan oleh penganutnya sesuai perkembangan zaman. Mulai dari zaman primitive sampai dengan zaman post modern. Dalam zaman primitif masyarakat memiliki budaya primitif yang ditandai oleh kepercayaan animisme, dinamisme, toteisme, dan lain-lain. Setelah itu masyarakat memasuki zaman pertanian.

Selanjutnya......

Niti Çastra Dapat Diterapkan Setiap Orang

Oleh I Gusti Ngurah Sudiana

Ilmu kepemimpinan identik dengan kata Nitisastra, kata Nitisastra berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata niti dan çastra. Niti berarti kemudi, pimpinan, politik dan sosial etika, pertimbangan, kebijakan. Sedangkan kata Sastra berarti perintah ajaran, nasihat, aturan, teori, tulisan ilmiah. Berdasarkan uraian etimologi, kata niti çastra berarti ajaran peminpin.

Selanjutnya......

TARI SAKRAL YANG TIDAK (LAGI) SAKRAL

Oleh I Ketut Yasa


Tari Rejang, khususnya Rejang Dewa adalah tari sakral,  sebagaimana telah disinggung dalam Majalah Hindu Raditiya edesi 196 November 2013 dan edesi 206 September 2014. Tari sakral memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama, ditarikan oleh orang tertentu. Kedua, ditarikan pada waktu dan tempat tertentu.

Selanjutnya......

Arjuna Yang Menjadi Kekasih Tuhan

Oleh Made Luh Sutarmi

Gemercik air di pematang sawah terdengar sebagai musik alam yang ritmis serta bersatu dengan bianglala sinar surya pagi di hamparan sawah yang tersisa berpadu dengan  jiwa syukur yang  kerap hadir tanpa diundang. “Ia spontan mengalir dan mengkristal, serta  menyatu   karena memiliki dirimu  yang selalu hadir dalam dekapan kasih sayang, jiwamu  yang indah, membuat hatiku damai, dan senyummu yang manis  hadir memberikan rasa  sejuk  membatin penuh asrat merindu dalam hati ini. Selamat pagi sayang, semoga damai selalu, I love you so much,” demikian sebagaian  kata kata-manis dalam hati menjadi obyek meditasi kerja bagi orang yang jatuh cinta. Cinta yang tertinggi adalah mencintai dan dicintai oleh Tuhan.

Selanjutnya......

Rasesvara Saivaisme: Virasaiva

Oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda

ViraSaiva  didirikan oleh Sripati  dan memiliki makna historis yang menunjukkan sikap kepahlawanan dari para pengikutnya dalam mempertahankan keyakinannya. Vira berarti kegigihan, keperwiraan. Dalam Siddhanta Sikhamani terdapat suatu percakapan antara Renuka atu Revana dengan Agastya tentang arti kata Vira, yaitu: vi  artinya pengetahuan (vidya) yang menyatakan bahwa subyek pribadi jiwa identik dengan Saiva  dan para pengikut Saivaisme yang menemukan kepuasan dalam pengetahuan ini adalah ViraSaiva. Pengetahuan yang diperoleh seseorang dari belajar Vedanta yang ditunjukkan oleh kata vi dan vira adalah yang menemukan kedamian di dalam pikirannya.

Selanjutnya......

Minggu, 13 Agustus 2017

Nilai Religius Wilayah Hulu dalam Persefektif Hindu

Oleh  I Nyoman Tika

Konsepsi nilai Hindu terhadap lingkungan, pertiwi  disebut sebagai ibu, sedangkan langit adalah bapak.  Ayah dan Ibu nampak jelas bahwa konsepsi Hindu  sangat menjunjung nilai humanisme dan naturalisme. Humanisme merupakan jejak yang mengharkatkan tinggi pada manusia, sedangkan naturalisme mengapresiasi positif penghargaan pada alam. Atas dasar itu,  kedua dimensi itu menarik direnungi bahwa alam dan kemanusiaan memang saling berkaitan, dan keduanya bisa saling meniadakan.  Lalu manusia akan sadar, pada pernyataan bahwa  Apakah jika pohon terakhir akan ditebang, dan mata air terakhir berhenti mengalir, baru saat itulah manusia sadar bahwa uang tidak dapat dimakan dan diminum, sebuah ungkapan futuristik.

Selanjutnya......

Memaknai Shiwa – Budha dalam Kekawin Sutasoma

 Oleh I Made Dwija Nurjaya

Shiwa adalah prinsip kerja organ tubuh yang ada di kepala, berisi semua logika, rasio, cipta dan segala sesuatu yang masuk akal, dia rumit dan tegas, namun terstruktur dengan baik, berurutan sehingga mudah dimengerti walaupun memerlukan waktu yang cukup lama. Kepala atau sirah adalah tempat bersemayamnya pikiran dan menjadi alat bagi  manusia untuk berpikir. Proses berpikir menjadi sangat penting dalam kehidupan pribadi maupun berbangsa dan bernegara. Masyarakat mesti dididik agar memiliki pikiran yang Tajam dan Jernih. Ini bertolak belakang dengan pikiran yang tumpul dan kotor, kacau; karatan dan tidak jelas.

Selanjutnya......

Tajen: Antara Hukum dan Fakta di Masyarakat

 I Made Sudana, SH

Dalam Rg Weda dan Manawadharma Sastra secara jelas diuraikan ketentuan-ketentuan  yang mengatur larangan judi, tetapi melanggar hukum positif tidak diuraikan secara jelas bagaimana bunyi pasal 303 ayat (1) KUHP demikian pula pasal berapa dari Undang-undang No 7 tahun 1974 melarang judi dan bagaimana bunyinya dan hukum positif yang mana yang dilanggar. Kiranya perlu juga dijelaskan sebagaimana menjelaskan melanggar ajaran agama. Terutama bunyi pasal 303 KUHP, pasal-pasal yang mengatur larangan judi yang diuraikan dalam  Undang-undang No.7 tahun 1974.

Selanjutnya......

Ritual Keagamaan dalam Jaring Kapitalisme

 Oleh I Nyoman Agus Sudipta, S.Pd., M.Si

Perkembangan zaman sekarang yang serba instan membawa pengaruh terhadap pola kehidupan manusia. Segala hal ingin diatur secara cepat, singkat, simple, sederhana, irit dengan dasar efektif dan efisien. Dalam segala bidang hal ini diatur sedemikian rupa, mengingat pemikiran manusia bahwa waktu adalah uang. Perubahan ini sangat berbeda sekali dengan kehidupan masyarakat zaman dulu yang masih terpola pada kehidupan budaya agraris yang bergerak pada sektor pertanian. Dengan berkembangnya industri modern, maka mata pencaharian manusia mulai berubah.

Selanjutnya......

Jumat, 16 Juni 2017

Hebephrenia Politik Dalam Beragama

Oleh I Nyoman Tika
Saat ini konsepsi negara dan agama semakin sering diperbincangkan. Diskursus itu mendapat medium yang subur saat pilkada berlangsung. Seharus dengan sebuah  sesanti Bhinneka Tugal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah final, dan kita hanya membangun mengisi kemerdekaan  untuk mencerdaskan bangsa, mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia. Namun masyarakat kita khususnya elit politik masih menjual isu agama dalam perpolitikan negara, maka muncullah-meminjam konsepsi J.P Chaplin (1968) sebagai  karakter “hebephrenia politik“ suatu sifat yang tampak ketolol-tololan yang penuh halusinasi.

Selanjutnya......

Rasesvara Saivaisme: Pembebasan Dicapai Melalui Pengetahuan Nafas

Oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda

Rasesvara Saivaisme adalah lebih bersifat ilmu pengetahuan, ketimbang suatu aliran filsafat. Ia tidak mengetangahkan suatu teori metafisika, etika dan efistimologi, tetapi tetap termasuk  dalam sistem filsafat.

Selanjutnya......

Agama dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika

Oleh I Nyoman Agus Sucipta

Manusia seolah-olah tersekat dan terkotak-kotak dalam ruang yang disebut agama. Lingkup agama menjadi sesuatu yang amat sensitif bagi pemeluknya. Bahkan isu agama mampu menghancurkan dan memecah-belah keharmonisan hidup manusia. Ditambah lagi isu tentang penistaan agama yang menimbulkan polemik berkepanjangan. Apalagi muncul fanatisme sempit terhadap keyakinan dan kepercayaan serta menganggap yang diyakini paling nomor satu. 

Selanjutnya......

Sapi sebagai Korban Suci

Oleh I Made Sudana

Sapi adalah binatang suci  menurut ajaran agama Hindu, sehingga daging sapi pada umumnya tidak dikonsumsi oleh umat Hindu di seluruh dunia.Sapi memberi susu, ia dicintai dan dihormati oleh umat Hindu bagaikan seorang ibu. Menurut Weda ada tujuh ibu, satu di antaranya adalah sapi itu sendiri. Sementara itu kerbau dianggap sebagai seorang ayah. Oleh karena itu sapid an kerbau dihormati dan dicintai, bukannya dibunuh untuk dimakan dagingnya.

Selanjutnya......

Kerja dan Perang Pada Diri Arjuna

Oleh Luh Sutarmi
Bekerja dan berdoa selalu  menjadi hiasan dinding tempat yang sebagai altar motivasi. Disana bergaung  beragam  dimensi dari bekerja (working). Yakni Bekerja adalah aktivitas yang dilakukan oleh pekerja. Manusia adalah makhluk yang bekerja. Kerja adalah tanda dari kemanusiaannya. Kerja memiliki dinamika dan dimensi yang inheren di dalam dirinya.  Salah satunya adalah dimensi fisiologis.

Selanjutnya......

Made Raka Santeri dan Made Titib Menjadi Sulinggih

Dua cendekiawan Hindu pada hari yang sama, Jumat 26 Mei lalu, menapaki dunia spiritual dengan menjalani diksa pandita. Mereka adalah Made Raka  Santeri, S.Ag, M.Ag, mantan wartawan Harian Kompas Jakarta. Satu lagi adalah Prof. Dr. Made Titib, mantan Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar. Made Raka Santeri langsung menjadi pandita dengan bhiseka Ida Rsi Bujangga Waisnawa Waskita Sari. Ada pun Made Titib masih menjalani proses sebagai Ida Bhawati sebelum dikukuhkan sebagai pendeta sebagaimana ciri perguruan Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi.

Selanjutnya......

Ngenteg Linggih di Pura Sidhi Natha Tandebura Sultra

Pada Purnama Kedasa, 11 April 2017 umat Hindu di Kelurahan  Tandebura Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara melaksanakan Ngenteg Linggih Pura Sidhi Natha. Manggala upacara Ida Bagus Aji Raka, S.Pd menjelaskan bahwa Sidhi Natha Tandebura Pura ini didirikan pada tahun 1983 atas swadaya murni umat Hindu yang waktu itu hanya berjumlah 120 KK.

Selanjutnya......

Balai Adat Hindu Kaharingan Terbakar PHDI Tanah Bumbu Berikan Bantuan

Parisada Kabupaten Tanah Bumbu melakukan kunjungan kerja ke Desa Emil Baru, Kecamatan Mantewe, yang merupakan sebuah desa yang terletak di perbatasan dengan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Kunjungan ke  desa yang letaknya sekitar 100 Kilometer dari Kota Batulicin itu ditempuh dalam  waktu tiga jam dengan medan yang cukup ekstrim. Kunjungan Rombongan yang dipimpin oleh Ketua Parisada Kabupaten Tanah Bumbu, Ketut Aman, S.H., itu berlangsung pada  hari Senin, 24 April 2017 lalu.

Selanjutnya......

Dharmashanti Nasional Tahun Saka 1939 Presiden Jokowi: Masyarakat Indonesia Tidak Harus Diseragamkan

Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo (Jokowi) hadir pada acara Dharmasanti Nasional Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 di GOR Ahmad Yani Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, pada Sabtu, 22 April 2017.

Selanjutnya......

Selasa, 06 Juni 2017

Percakapan Yaksha dan Yudhistira, Karunia Terbesar Adalah Mengharapkan Kebahagiaan Semua Orang

Berikut ini  dialog lengkap antara Yudhistira dengan Yaksha di tepi sebuah danau dalam hutan sebagaimana dikisahkan dalam Itihasa Mahabharata, sebagaimana dimuat en.m.wikipedia.org.
Yaksha bertanya: Siapa yang membuat matahari terbit dan naik di langit? Siapa yang bergerak mengelilingi Matahari? Siapa yang membuat matahari terbenam di cakrawala? Apa sifat sebenarnya dari Matahari dan di mana matahari terbentuk?

Selanjutnya......

Mengenal Makhluk Surgawi Ghandarwa, Yaksha, dan Raksasa

Dalam Purana dan Itihasa disebutkan berbagai jenis makhluk selain manusia, seperti yaksha, gandharwa, apsara, raksasa, naga, dan lain-lain. Mereka disebutkan  diberkati dengan kekuatan sihir tertentu.

Selanjutnya......

Menjadi Pendeta yang Nirasraya

Oleh Damuh Karuna Putra
Seorang pendeta adalah pemimpin umat, karena itu dia juga berfungsi sebagai ‘guru’ masyarakat. Dia yang disebut pendeta sebagaimana digambarkan dalam kekawin Dharma Sunya karangan Danghyang Nirartha yang diberi ulasan oleh I Gusti Bagus Sugriwa (1989).
Ambek san wiku siddha tan pakahinan tumutuga ri kamurtinintaya
Tan linggar humenen licin mamepekin bhuwana sahananin jagat traya
Nora n lor kidulin kidul telas ane sua juga pamekas nirasraya
Kewat kewala sunya nirbana lenon luput ananen-anen winarna ya

Selanjutnya......

Sabtu, 20 Mei 2017

Mewujudkan Ruang Suci di Lahan Sempit

Pada Sabtu petang, jam 18.00. tanggal 22  April 2017 lalu, bertempat di Pesraman Ghanta Yoga, Jalan Rwa Bhineda, By Pas Ngurah Rai, Kesiman, Denpasar diselenggarakan semiar bertema “Realisasi Asta Kosala Kosali Pada Lahan Sempit, Mungkinkah?”  Di antara banyak diskusi yang berkembang dalam seminar tersebut adalah, bagaimana mengelola ruang suci atau membangun sanggah di lahan sempit, misalnya merajan di lantai atas sebuah rumah.

Selanjutnya......

Setelah Diputus Bebas di MA, Siap Ngiring Sesuhunan

Setelah lama tidak terdengar kabarnya, tokoh Hindu Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D., kini dikabarkan sudah menerima keputusan hukum terkait dengan korupsi dana punia IHDN. Pada tingkat kasasi, di Mahkamah Agung (MA),  MA memutuskan bahwa surat dakwaan penuntut umum batal demi hukum atau dinyatakan tidak diterima alias NO (Niet Ontvankelijk verklaard). Kepastian itu disampaikan koordinator Tim Pengacara Prof. Titib,  I Wayan Bagiarta, S.H.,M.H. di Amlapura, April 2017 lalu.

Selanjutnya......

Ratu Kidul Kini Menjaga Pantai Bali

Ada sebuah pura yang besarnya terbilang lumayan. Letaknya di pinggir laut. Karena letaknya yang demikian, maka sangat baik unutuk menyepi atau meraih ketenangan. Meski demikian, jarang orang bisa melihat pura ini. Mengapa demikian? Ya, karena letaknya yang berbatasan dengan laut itu menyebabkan akses untuk melihat pura tersebut setiap saat menjadi terkendala. Apakah tidak ada jalan yang dibuat untuk menjangkau pura tersebut? Apakah pura itu terletak di daerah perbatasan yang terpencil? Tidak. Pura itu masih berada di wilayah Provinsi Bali. Namun terletak di pulau tak berpenghuni. Tidak ada jalan beraspal. Karena itu, sepeda atau sepeda motor juga tak ditemukan di sana. Apalagi mobil.

Selanjutnya......

Galungan Sebagai Jembatan Hidup Manyama Braya

Oleh I Nyoman Agus Sudipta, S.Pd., M.Si

Setiap 210 hari sesuai dengan kalender Hindu di Bali tepatnya pada hari Buda (rabu) Kliwon wuku Dunggulan umat Hindu merayakan hari kemenangan dharma melawan adharma. Hari raya ini dikenal dengan nama Galungan yang prosesi pelaksanaannya berkaitan dengan Tumpek Wariga. Pada saat perayaan Tumpek Wariga segala jenis tanaman diberikan sesaji dan didoakan, agar pada saat Galungan mampu memberikan hasil berupa daun, bunga dan buah yang dapat dimanfaatkan.

Selanjutnya......

Aspek Musikologis Gong Suling

Oleh I Made Yasa

Gong Suling, sesuai dengan namanya maka mudah ditebak, bahwa instrumennya sebagian besar terdiri dari suling berbagai ukuran. Instrumen suling  berbagai ukuran ini, terbuat dari bambu (tiying buluh). Kemudian dilengkapi dengan instrumen lainya seperti sepasang kendang, tawa-tawa, ceng-ceng, klenang, kempur dan gong, maka menjadi suatu perangkat gamelan yang diberi nama Gong Suling.

Selanjutnya......

Tujuh Rahasia Tumbuh Lebih Muda

Oleh Deepak Chopra, MD

Beberapa dekade yang lalu, obat konvensional memandang tubuh sebagai mesin yang bagiannya pasti akan rusak sampai tidak bisa diperbaiki lagi. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, saya mengetahui bahwa reaksi kimia acak menentukan semua yang terjadi di dalam tubuh, pikiran dan tubuh terpisah dan independen satu sama lain, dan gen menentukan kesehatan dan umur kita.

Selanjutnya......

Mengkritisi Biaya Yadnya

Warga Desa Adat Culik, Kecamatan Abang, Karangasem, mengadukan panitia karya ngenteg linggih Pura Dalem setempat karena diduga ada unsur penggelembungan biaya upacara yadnya. Persoalannya sampai masuk ke ranah hukum, jarang-jarang kasus begini terjadi. Ngenteg linggih itu menghabiskan biaya Rp 3,142 milyar. Yang menarik mereka membandingkan dengan ngenteg linggih desa tetangganya yang cuma menghabiskan biaya Rp 1,05 milyar.

Selanjutnya......

Sabtu, 25 Maret 2017

Fenomena Ngiring, Antara Spiritual dan Gangguan Kejiwaan

Sekarang ini mudah dijumpai orang-orang dengan atribut busana tertentu. Umumnya berbusana putih-putih dengan senteng (kain dililitkan di pinggang) berwarna belang (poleng) putih-hitam. Atau ada juga dengan motof busana berbeda yang umumnya mencolok dan berbeda dengan penampilan masyarakat pada umumnya. Mereka dengan atribut seperti itu sering dikatakan sebagai orang yang “Ngiring.” Lalu, apakah Ngiring itu?

Selanjutnya......

Sultra Targetkan Cetak 100 Sulinggih Tahun 2050

Bertempat di Desa Teposia, Kecamatan Laya, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi  Sulawesi Tenggara dilangsungkan pengukuhan Pandita (sulinggih) dan Geriya pada hari Jumat-Pahing, wuku Sinta, Tilem Kapitu, tanggal 27 Januari 2017 lalu. Sulinggih tersebut adalah Ida Pandita Mpu Dharma Ananda dan Ida Pandita Mpu Istri.

Selanjutnya......

Membatinkan Agama (Dari Seminar Agama dan Budaya)

Bali semenjak dari masa lampau sudah menjadi pusat studi kebudayaan. Hal tersebut berangkat dari banyaknya tradisi, seni budaya di mana Hindu menjadi spiritnya. Terlebih Bali dari dulu memiliki daya tarik tersendiri, dan daya eksotik yang kuat sehingga sangat layak Bali dijadikan pusat peradaban budaya. Tradisi, seni dan budaya tersebut hingga kini tetap bertahan di balik gegap gempitanya arus glokalisasi.

Selanjutnya......

Spiritual Bersifat Misterius, Bukan Heroisme

Swami Krishnananda
Kehidupan manusia dilanda oleh rintangan. Kita menghadapi tantangan dan kesulitan secara terus menerus. Oleh karena itu seluruh aktifitas kita sehari-hari digambarkan sebagai usaha melawan rintangan yang datang dalam berbagai bentuk penderitaan hidup. Saat terbangun di pagi hari kita dihadapkan dengan rasa lapar dan kemudian kita berjuang untuk meniadakan rintangan itu dengan memasak dan makan makanan.

Selanjutnya......

Memaknai Keheningan Nyepi

I Nyoman Sugiarta dan  I Ketut Sukayasa

Nyepi adalah sebuah proses pematangan jasmani dan rohani menuju hidup lebih sempurna. Di tengah keheningan dalam pelaksanaan Nyepi adalah bentuk kontemplasi diri dalam upaya mencari hakekat diri yang sesungguhnya. Dengan terus berpacunya roda kehidupan, menuntut adanya flashback sebagai bentuk mengingatkan.

Selanjutnya......

Mewujudkan Bhutahita dan Jagadhita

I Nyoman Agus Sudipta, S.Pd.,M.Si.

Manusia mengalami tantangan yang semakin berat, lebih-lebih dalam perkembangan kehidupan yang semakin modern mengantarkan manusia pada kehidupan yang semakin pragmatis. Banyak tuntutan dan kebutuhan hidup yang semakin kompleks membuat manusia semakin sulit mewujudkan hidup yang sejahtera dan bahagia. Manusia mengabaikan segala bentuk aturan maupun ajaran hidup yang bersumber pada agama.

Selanjutnya......

Simbolisme Angklung dalam Upacara Kematian

Oleh I Ketut Yasa
Angklung yang dimaksud dalam tulisan ini adalah gamelan Kembang Kirang,  yang juga dikenal dengan sebutan gamelan Angklung Don Pat (empat nada). Gamelan ini  sering  digunakan dalam upacara kematian. Apabila ada upacara kematian  yang memerlukan karawitan, gamelan angklung don pat hampir selalu digunakan.

Selanjutnya......

Selasa, 28 Februari 2017

TERSEDIA MAJALAH RADITYA versi DIGITAL

ERA DIGITAL. Kini Majalah Hindu Raditya ada versi digital. Anda bisa membaca di komputer, tablet, juga handphone sewaktu-waktu di mana pun berada. Ayo berlangganan atau membeli eceran. Praktis dan sangat murah.

Selanjutnya......

Sabtu, 18 Februari 2017

Makna Senjata Trisula Dewa Siwa

Dewa Siwa digambarkan mengenakan beberapa atribut, di antaranya bulan sabit di kepala Dewa Siwa, simpul rambut yang bergelung, memegang tongkat trisula dengan gendang kecil bernama damaru, mengenakan seekor ular cobra di lehernya, dan atribut lainya.

Selanjutnya......

Bekerja Keras dan Cerdas untuk Raih Sukses

Waktu cepat berlalu tak terasa sang kala melewati pengujung tahun 2016, banyak cerita dan mimpi yang tercapai, ataupun dalam proses pencapaian. Menandai refleksi 2016, Kepala Sekolah SMKN 1 Bangli mengundang tokoh muda cendikiawan Hindu, Dr. I Made Adi Surya Pradnya, S.Ag.,M.Fil.H., sebagai pembicara untuk memberikan siraman rohani kepada keluarga besar SMKN1 Bangli.

Selanjutnya......

Yoga Sudarshan Kriya di Damar Ashram, Dawan, Kelungkung

Atas inisiatif dr. I Gusti Ngurah Putra Eka  pada sore hari 5 Januari 2017 di Damar Ashram, Jl. Raya Dawan, Gunaksa, Kelungkung diadakan acara pengenalan teori dan praktek Yoga Sudarshan Kriya oleh pembicara dan praktisi I Gusti Raka Panji Tisna. Acara diawali dengan presentasi power point tentang Yoga (akar kata Yuj- Penyatuan) sebagai seni dan pengetahuan ilmiah menuju satu kesatuan diri (enteg linggih) sebagai modal dasar menuju satu kesatuan dengan manusia lain, dengan alam (pada tataran tertinggi dengan Kesadaran Semesta). Acara dilanjutkan dengan praktek dasar pelenturan tubuh dan asana, olah nafas (pranayama) dan pengheningan (meditasi Panca Kosa) termasuk bersama anak-anak yang hadir. Intinya semua dilakukan dengan gembira, dinikmati dengan senyum.

Selanjutnya......

Pujawali di Pura Agung Surakarta Semarak

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, di awal tahun 2017 ini pada tanggal 21 Januari Saniscara Umanis Wuku Watugunung, dilaksanakan upacara Pujawali di Pura Agung Bhuwana Saraswati yang berada di kompleks Univesitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Jadi setiap enam bulan sekali menurut kalender Bali diselenggarakan piodalan (pujawali) oleh para pengemponnya yaitu warga dari Solo Timur.Untuk piodalan kali ini, dibutuhkan dana mencapai puluhan juta rupiah ditanggung oleh warga Solo Timur. Dana berupa uang tunai dikumpulkan lewat iuran tiap bulan dan punia secara sukarela. Selain berupa uang, warga juga ada yang maturan punia berupa barang: janur, beras, air mineral, ayam banten, dan daging babi.

Selanjutnya......

Perayaan Saraswati untuk Membentuk Kerendahan Hati

Wacana oleh Ni Wayan Madiani
Falsafah ilmu padi mengajarkan semakin berisi semakin merunduk. Hakekat yang ditanamkan adalah penggambaran seseorang yang dalam dirinya telah banyak memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang selalu rendah hati. Sifat rendah hati bukan sifat yang merendahkan diri di hadapan orang lain, sehingga orang lain menganggap kita sebagai orang yang rendah. Tetapi sifat rendah hati yang mampu mengendalikan rasa keakuan diri (ego), arogan dan sifat sombong yang ujungnya membawa kesengsaraan. Sifat rendah hati merupakan sifat yang berlandaskan pada ajaran susila (tingkah laku yang baik), tercermin dari perilaku yang terkontrol, mawas diri dan selalu menghargai orang lain.

Selanjutnya......

Mencari Pemimpin Umat yang Mumpuni

Opini oleh I Nyoman Sugiarta dan I Ketut Sukayasa
Di tengah penyelenggaraan pilkada serentak tahap II, tanggal 15 Pebruari 2017 di 101 daerah kabupaten/kota, dan provinsi, tentu diharapkan akan terpilih pemimpin yang ideal. Bali pun tidak ketinggalan ikut serta dalam pilkada serentak ini, yakni di Kabupaten Buleleng. Para calon pun mulai menawarkan program kerja dengan segala manuver secara verbal maupun vulgar untuk memikat pemilih.

Selanjutnya......

Doa Pagi Subadra dalam Pemujaan Ganesha

Renungan oleh Luh Sutarmi
Dari ufuk timur bianglala mentari pagi mengabarkan dalam benak  bahwa cintaku padamu selalu menggebu, dinda  ingin memelukmu dengan mesra. Tatapan matamu selalu mengiang dalam asa benakku ini,  kurajut kebahagian ini dalam  narasi  cinta abadi hati ini.  Kebahagiaanmu adalah kebahagianku, semoga damai selalu. Kita akan selalu bersama  dalam mengarungi gelombang hidup ini.  Aku bahagia memilikimu sayang,  pagi ini wajahmu selalu menghiasi benakku yang merindu sayang.” Demikianlah  kata-kata romantis terucap  dari bibir Subadra untuk suaminya tercinta,  Arjuna.

Selanjutnya......

Berpikir Kreatif dalam Mempertahankan Keragaman

Wacana oleh I Nyoman Tika
Tidak bisa dipungkiri bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan harga mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Negara Indonesia dibangun di atas fondasi keberagaman mulai agama, etnis, dan budayanya dalam bentuk persatuan. Dalam tataran lebih kecil, interaksi yang terjadi microsytem, meminjam teori Ekologi Bronfebrener merupakan sistem teman sebaya, sekolah, lingkungan  dan keseharian  yang ditemui anak-anak bangsa telah menyatu dalam komunitas yang harmoni dalam keberagaman.

Selanjutnya......

Minggu, 15 Januari 2017

Ungkapan Cinta Kakek Bisma

Renungan oleh Luh Sutarmi
Ungkapan indah tentang cinta  selalu hadir bagi mereka yang sedang dilanda cinta. “Cinta sejati tidak pernah berjalan mulus,  karena cinta tidak terlihat dengan mata, tetapi dengan hati. Seperti meneguk minuman cinta yang terindah ialah saat kau seduh setetes demi setetes, bukan yang direguk sekali tegukan,” demikianlah ungkapan Bisma pada Dewi Amba yang terus membuntutinya dari belakang, sebab sang Dewi  merasa teraniaya selama ini, karena  merasa disiasiakan oleh Bisma. Bisma menang sayembara di negeri Kasi, mendapat tiga putri raja, dua  putri, yaitu Ambika dan Ambalika menjadi  istri adiknya Wicitrawirya, namun Amba, keburu jatuh cinta sama Bisma. Bisma sudah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidupnya. Dalam perjalanan kejar mengejar terjadi dialog yang unik antara keduanya,

Selanjutnya......

Kemajemukan dan Pengendalian Firi

Wacana oleh I Nyoman Tika
Rasa persatuan saat ini seakan di uji berbagai kasus  sensitif tentang SARA. Emosi publik  yang sensitif  kembali dipakai senjata untuk mengoyak ketenteraman Indonesia. Negara majemuk ini seakan mudah diprovokasi oleh segelintir orang lewat media sosial yang semakin mudah membentuk viral di dunia maya. Nalar publik menjadi buntu, phenomenal self menjadi kian menguat, yaitu persepsi diri yang selalu berlawanan  dari diri yang sesungguhnya (Infered  self).

Selanjutnya......

Kekuatan Doa

Wacana oleh Swami Krishnananda
Hal yang biasanya dianggap sebagai tidak mungkin dikatakan menjadi mungkin melalui kekuatan doa. Kemampuan doa untuk bekerja menciptakan keajaiban dianggap sebagai keunggulan dalam segala bentuk pendekatan agama. Kekuatan doa tak terhitung, dan kemanjurannya telah dinyanyikan dalam berbagai kisah kemuliaan, bahkan oleh penyair, dan telah divicarakan oleh yogi, master, dan nabi. Tetapi bagaimana doa bekerja?

Selanjutnya......

Berbagai Faktor Penyebab Dosa Bisa Terkabul

Doa adalah salah satu media bhakti kepada Ida Sanghyang Widhi. Menurut Narada Bhakti Sutra, seorang bhakta yang menempuh jalan Bhakti Yoga pada prinsipnya bisa dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu apara bhakti atau gauna bhakti dan para bhakti. Apara bhakti adalah satu tingkatan bhakti, dimana seorang bhakta dalam menjalin keterhubungannya dengan Ida Sanghyang Widhi masih dengan memandang keterpisahan dirinya dengan sang Pencipta.

Selanjutnya......

Tuah Sakti Pohon Beringin dan Ancak

Sekarang masih banyak ditemukan pohon-pohon besar tumbuh di dekat areal pura, bahkan ada di dalam pura. Terutama jenis-jenis pohon yang disucikan dan dikeramatkan yang dipercaya memiliki nilai kesucian, seperti beringin, kroya, ancak, pule, dan sebagainya

Selanjutnya......