Oleh I Nyoman Tika
Umat Hindu secara eksternal terkenal damai dan juga terkesan mudah menerima setiap perubahan, fleksibel dan tak reaktif. Karena filosofi yang dirasakan begitu terinternalisasi, sehingga bagi sebagian orang menyebutnya, umat Hindu diam adalah emas, berpikir sattwam, selalu waspada, bersifat seperti air mengalir, berpikir positif adalah bentuk kebajikan. To be silent is the biggest art in a conversation. Sikap diam adalah seni yang terhebat dalam suatu pembicaraan.Dalam kondisi demikian, maka seakan dalil Tuhan akan selalu bersama orang yang damai itu selalu ada dalam pikiran orang Hindu yang ada di Bali.
Yayasan Dharmasastra Manikgeni
Senin, 17 Oktober 2016
Membangun Kultur Dialektika Umat Hindu
Bali dalam Serbuan Sampah Organik
Oleh I Wayan Miasa
Masyarakat Bali pada zaman dulu hidup sangat bersahaja sebelum datang para pelancong ke pulau ini. Dalam kehidupan sehari-harinya mereka dekat dengan alam dan peralatan yang dipakai pun mudah didapat dari alam atau mudah diperoleh dari lingkungan sekitar. Misalnya saja saat mereka memerlukan sebuah tas untuk membawa hasil panennya mereka cukup membuat “kisa”, sebuah anyaman dari daun kelapa.
Tapakan Nawa Sanga Pura Luhur Pucak Kembar Melancaran Ke-4 Kabupaten di Bali
Laporan Kadek Widya Wirawan
Pura Luhur Pucak Kembar merupakan salah satu pura kahyangan jagat yang ada di Pulau Bali. Pura ini sangat mudah dijangkau oleh umat mengingat lokasinya sangat strategis jalur utama Denpasar-Singaraja, tepatnya di Desa Pakraman Pacung, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Pura ini memiliki keunikan tersendiri di mana terdapat Tapakan Nawa Sanga. Tentunya berbeda dengan tapakan umumnya yang ada di Pulau Bali berupa barong ket. Menariknya Tapakan Nawa Sanga itu menjelang pujawali ageng pada Anggara Kasih Prangbakat, setiap tiga tahun sekali dilaksanakan tradisi melancaran.
Ekonomi Sebagai Fondasi Penting Membangun Keluarga Sukhinah
Laporan I Gusti Ngurah Suwimbawa
Bertempat di Hotel Best Western, Kemayoran, Jakarta pada tanggal 24 - 26 Agustus 2016, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI menyelenggarakan Pemilihan Keluarga Sukhinah Teladan Tingkat Nasional. Kegiatan ini diikuit oleh pasangan keluarga sukhinah dari masing – masing provinsi. Adapun tema penyelenggaran pemilihan keluarga sukhinah tingkat nasional ini adalah: “Melalui Pemilihan Keluarga Sukhinah Teladan Tingkat Nasional Kita Wujudkan Kehidupan Sosial yang Harmonis, Damai, Sehat dan Sejahtera.”
Komentar Umat, Tak Perlu Ada Parisada
Di media sosial Face Book ada group tertutup atas nama Panitia Mahasaba XI Surabaya. Di sini dimuat berbagai usulan tentang bagaimana Parisada harus menjalankan perannya untuk memajukan umat, dan apa masukannya untuk panitia. Tentang kerja panitia umumnya semua memuji karena sangat transparan dan jelas bekerja dengan baik meski dalam berbagai keterbatasan. Berikut ini beberapa yang bisa dikutip tentang masukannya dan juga keluh-kesahnya tentang Parisada.
Parisada Harus Kembali ke Brahmana Sista
Selanjutnya......
Berbagai Manuver Mencari Pimpinan Parisada
Berbagai manuver diadakan menjelang Mahasabha XI PHDI Pusat. Ada yang melakukan survey, ada yang mengadakan dialog dengan mengundang ormas Hindu yang namanya belum dikenal, ada sekelompok pandita yang terus berembug, ada yang membuat rapat kordinasi. Tentu banyak pula yang sudah berkeliling mencari dukungan. Kenapa berebut? Apa kalau suda terpilih benar-benar mau bekerja?
Senin, 03 Oktober 2016
Calon Kuat Pimpinan PHDI Pusat 2016-2021
Dharma Adhyaksa: Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda
Ketua Umum/Harian: I Nengah Dana
Siapakah calon kuat yang beredar dan kemungkinan besar akan dipilih dalam Mahasabha XI di Surabaya ini? Kolonel (purn) I Nengah Dana, S. Ag disebut-sebut sebagai calon kuat untuk jabatan Ketua Harian, atau istilah yang dipakai sekarang adalah Ketua Umum PHDI Pusat. Sementara Dharma Adhyaksa calon kuatnya adalah Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda.